Bisa membaca laporan keuangan adalah sesuatu yang sangat penting. Jika kita memiliki perusahaan, sudah pasti harus bisa membaca laporan keuangan. Jika ingin memutuskan membeli sebuah saham, laporan keuangan akan menjadi pertimbangan penting untuk melihat apakah saham tersebut bisa menguntungkan atau tidak.
Laporan keuangan setiap perusahaan yang go public bisa kita akses di www.idx.co.id. Hal ini memudahkan kita untuk melihat performance masing-masing perusahaan sehingga menjadi bahan pertimbangan kita dalam melakukan investasi. Setiap laporan keuangan perusahaan pun beda-beda. Ada yang mencatatkannya dalam rupiah, ada yang dalam dollar, ada yang dalam jutaan rupiah dan ada juga yang miliaran rupiah. Silahkan diteliti dulu sebelum menganalisa.
Setelah masuk ke www.idx.co.id pilih "Perusahaan Tercatat" lalu pilih "Laporan Keuangan dan Tahunan"
Sekarang kita akan ambil contoh saham Sri Rejeki Isman (Sritex) dengan kode saham SRIL. Saya putuskan ambil contoh ini karena saham SRIL masuk kedalam daftar LQ 45 dan harga saham nya pun masih terbilang murah. Kita lihat apakah SRIL worth to invest atau tidak.
Anda akan mendapatkan tampilan seperti diatas. Silahkan masukkan kode saham dan masukkan tahun dan juga periode yang ingin Anda analisa. Lalu pilih file Financial Statement
Pilih perusahaan yang konsisten dalam mencatatkan keuntungan.
Ada beberapa perusahaan yang kelihatan bonafide diluar, namun ketika kita telisik kedalam laporan keuangannya, perusahaan tersebut beberapa kali mencatatkan kerugian. Oleh karena itu, kita harus teliti sebelum membeli.
Untuk melihat perusahaan tersebut untung atau tidak, carilah catatan laba bersih dilaporan laba rugi. Tampilannya sebagai berikut:
Tahun 2016 2017 2018 2019
Total profit (loss) in USD 59,365,690.00 68,035,320.00 84,556,033.00 87,652,548.00
Increment 14.60% 24.28% 3.66%
Jika melihat perkembangan profitability tiap tahun, profit SRIL ini meningkat dari tahun ke tahun. Profit tahun 2018 ke 2019 terlihat kenaikan profit SRIL hanya 3.66%, terbilang cukup sedikit, namun tetap mencatatkan laba. Mungkin jika nanti laporan keuangan 2020 sudah tersedia, profit SRIL kemungkinan tidak naik atau mungkin malah turun. Kalau dilihat sampai laporan keuangan kuartal ke III, mereka tetap mencatatkan keuntungan walaupun sedikit.
Management nya sepertinya cukup commit, walaupun penjualan mereka turun karena situasi pandemi, namun mereka segera merubah haluan untuk sekedar berjualan masker.
Return on Equity
Menurut wikipedia ROE adalah ukuran keuntungan sebuah usaha/bisnis dibandingkan dengan Ekuitas (Modal).
Menurut jurnal enterpreneur, Pengembalian ekuitas atau ROE (Return On Equity) adalah salah satu perhitungan yang masuk dalam rasio profitabilitas. ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
Berdasarkan definisi diatas, ada 2 data yang kita butuhkan untuk menghitung ROE, yaitu Equitas (Modal) dan Keuntungan Bersih (Laba)
Mari kita cek kondisi ROE Sritex
Data Laba bersih sudah ada ketika kita membahas keuntungan. Untuk data Ekuitas, silahkan cek di Laporan Posisi Keuangan
Nilai ekuitas tahun 2019 = USD 592,668,709
Nilai laba bersih tahun 2019 = USD 87,652,548
Jadi nilai ROE tahun 2019 adalah (Laba bersih/Ekuitas)*100% = ( 87,652,548/592,668,709)*100%
Jadi ROE tahun 2019 Sritex adalah 14,79%
Artinya adalah setiap 1 milyar dolar uang yang diinvestasikan akan menghasilkan 147 juta dolar keuntungan.
Semakin nilai ROE besar, maka akan semakin baik.
Debt to Equity Ratio
Jenis utang ada 2, yaitu Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang.
- Liabilitas Jangka Pendek: liabilitas yang harus dilunasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Biasanya terdiri dari utang pembayaran (gaji, pajak, utang dagang, utang usaha, dsb).
- Liabilitas Jangka Panjang: Liabilitas yang penyelesaiaannya lebih dari 1 tahun (1 periode akuntansi).
Kebanyakan Utang jangka pendek adalah utang usaha. Terdengar mengerikan, karena harus diselesaikan secepatnya. Namun kita harus mengerti, jika suatu perusahaan memilliki utang usaha yang besar, berarti perusahaan tersebut sedang memperbesar skala produksi. Sehingga utang jangka pendek tidak terlalu berbahaya.
Yang justru mengerikan adalah liabilitas jangka panjang seperti obligasi, pinjaman bank, subdebt, dsb. Kita harus berhati-hati jika suatu perusahaan memiliki utang jangka panjang yang besar karena utang tersebut berpotensi menggerogoti neraca perusahaan.
Debt to Equity Ratio (rasio utang terhadap modal) atau yang bisa disingkat DER adalah rasio hutang terhadap ekuitas. Bisa juga disebut dengan rasio hutang modal. Pengertian dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebuah rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit.
Mari kita cek DER Sritex
Jumlah Liabilitas tahun 2019 = USD 966,583,046
Jumlah Equitas tahun 2019 = USD 592,668,709
DER = 966,583,046/592,668,709 = 1.63
Artinya Sritex memiliki utang 1.63 kali lipat lebih besar dibanding ekuitasnya. Jika ekuitasnya sebesar 1 milyar, artinya utangnya mencapai 1.63 milyar. Jika kita lihat, utang jangka pendek Sritex adalah sebesar USD 182,540,923 dan utang jangka panjang Sritex adalah sebesar USD 784,042,123. Ternyata Sritex memiliki utang jangka panjang yang lebih besar dibanding utang jangka pendeknya... dapatkah kamu simpulkan?
Yang pasti kita harus menghindari perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari ekuitasnya (modal bersihnya)
masih ada lagi faktor untuk dianalisa.. tunggu sambungannya ya....
Comments
Post a Comment