The Balias goes to Kuala Lumpur

Sampai saat blog ini ditulis, kasus Corona didunia sudah tercatat 552,626 kasus dan sudah menewaskan 25,044 jiwa. Di Indonesia sendiri per hari ini, tanggal 26 Maret 2020 sudah ada 1,046 kasus dan menewaskan 87 jiwa. Jalan-jalan di Jakarta sudah sangat sepi, karena semua menerapkan stay at home. Mal-mal memilih untuk tutup, anak sekolah belajar dirumah, kantor menerapkan working from home, dan orang-orang (walaupun belum semua) sadar akan pentingnya social distancing.

Ketika memutuskan untuk berangkat ke Kuala Lumpur tanggal 31 Januari 2020 kemarin, kami tidak menyangka kasus COVID 19 akan sedemikian hebatnya. Awalnya kami agak ragu untuk berangkat, bukan karena kasus corona, namun karena Cheche baru saja sembuh dari HFMD. Namun akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat karena memang perjalanan ini adalah permintaan Cheche untuk merayakan ulang tahunnya yang ke -8 tahun.

Di Indonesia kasus ini belum begitu populer karena Indonesia masih 0 kasus. Kami masih menyangka Corona ini hanya ramai di China. Saat itu di Malaysia sendiri baru ada 2 kasus Corona, itupun karena seorang wisatawan asal China yang sedang berkunjung ke KL tiba-tiba teridentifikasi corona.

Dibandara Soekarno Hatta, masih banyak orang yang tidak menggunakan masker, malah saya sempat ngobrol dengan petugas bandara, dia bilang percuma menggunakan masker biasa, karena virus itu tetap akan bisa menular dan menginfeksi, dia percaya hanya masker N95 lah yang mempu menangkal corona. Oleh sebab itu dia memutuskan untuk tidak menggunakan masker sama sekali. Sampai situ, saya masih belum merasakan hype nya virus ini. Namun saya tetap melakukan proteksi maksimum dengan tidak membolehkan anak-anak saya mencopot masker sedetikpun dan selalu mewajibkan cuci tangan ataupun membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang kebetulan saya bawa banyak dari rumah.

Sampai di Kuala Lumpur International Airport, kami yang baru turun pesawat segera dicek suhu. Penumpang yang suhu badannya lebih dari 37 derajat segera dihentikan. Semua orang menggunakan masker dan saling menjaga jarak.

Sesampainya dipenginapan, segera saya menuju minimarket yang ada dilobby untuk membeli masker, karena yang saya gunakan ingin dicuci. Namun penjaga toko mengatakan bahwa masker merupakan barang langka.
TV berita Malaysia tidak henti-hentinya menyiarkan kabar Corona di dunia dan tidak lama kemudian, sore tanggal 31 Januari 2020, WHO menetapkan Corona sebagai kasus pandemi. Oke, akhirnya saya sadar kasus corona seserius itu dan berharap perjalanan kami kali ini dapat aman, nyaman dan damai.

Day 1
Kami menginap diapartemen Mercu Summersuit didaerah Cendana, Kampung Baru, yang dekat sekali dengan KLCC dan menara Petronas. Dari segi area, juara sekali apartemen ini. Dari segi luas ruangan, kenyamanan dan kebersihan, kami cukup puas dengan apa yang kami bayar.


Area dapur yang cukup luas dan ada mesin cuci yang dapat membuat pakaian kami tetap bersih dan jauh dari bakteri dan virus. 
Kamar tidur yang terdiri dari 2 ruangan yaitu: kamar utama dengan tempat tidur ukuran queen. Kamar lainnya yang terdiri dari 2 tempat tidur yang berukuran queen dan single bed, sehingga membuat kami tidur nyenyak karena tidak perlu tidur berdesak-desakan.
Jika membutuhkan makanan dan malas kemana2, di area lobby terdapat food court, yang makanannya cukup enak dan memiliki menu yang lumayan variatif. Beruntung host kami menyediakan sabun cuci dan sabun cuci piring sehingga kami tidak perlu repot-repot membeli.

Karena sampai di KL sudah cukup sore, dan anak-anak cukup homey selama di apartemen, Day 1 kami tidak diisi dengan jalan-jalan. Dimalam hari kami hanya cari makan di Petaling Street.


Petaling street adalah kawasan Pecinan yang dipenuhi warung-warung beragam masakkan, terutama chinese food dan seafood. Jika anda mencari oleh-oleh, maka Petaling Street merupakan kawasan yang tepat. Harga oleh-oleh disini cukup terjangkau, malah Anda bisa melakukan tawar menawar, harga bisa turun sampai 15%-20%. Makin malam kawasan ini makin ramai. Banyak pedagang yang menjajakan barang-barang replika berbagai merk, walaupun jelas-jelas ada aturan tertulis untuk tidak menjual barang-barang replika namun sepertinya tidak digubris. Mungkin kalau di Jakarta kawasan ini setara dengan Blok M jaman dulu.
Saya senang sekali jalan-jalan disini, karena banyak makanan lokal yang enak-enak dan murah. Sayang sekali tiba-tiba hujan datang deras sekali. Kami harus segera mengakhiri wisata kuliner hari ini. 

Day 2
Jadwal kami hari ini adalah Genting Highland. Cuaca saat itu kurang bersahabat, karena gerimis sepanjang hari. Kami bertekad untuk menggunakan jasa Grab untuk mencapai Genting Highland untuk mengurangi exposure terhadap keramaian. Ongkos Grab dari apartemen kami ke Genting cukup bersahabat, sekitar RM 68, atau setara dengan Rp. 230,000,-. Lumayan lah ya untuk menghindari virus-virus yang berterbangan. 

Sampai di Genting, kami disuguhkan dengan deretan Factory Outlet barang-barang branded dengan harga yang cukup bersahabat. Sama seperti Gotemba di Jepang, Genting Highland Factory Outlet menawarkan wisata belanja dengan cuaca yang sejuk. Awalnya saya tidak berniat belanja, namun karena outlet-outlet di Genting ini lebih bersahabat dengan kantong saya ketimbang outlet di Gotemba, jadi saya menyempatkan membeli beberapa barang. Beruntung saya memiliki suami yang pengertian, jadi suami sayalah yang membayar semuanya. Terimakasih Pak Suami :)


Setelah belanja sedikit, kami segera menuju Cable Car. Wahana yang wajib kami naikki, karena sewaktu di Hakone Jepang, wahana cable car ditutup untuk sementara sehubungan dengan gempa vulkanik yang sempat melanda Hakone. 

Tiket cable car dari Awana Skyway adalah RM 9 untuk one way. Jadi jika ingin beli tiket Pulang Pergi, Anda harus mengeluarkan uang RM 18. Jika Anda suka dengan tantangan, silahkan pilih yang glass cable car. Harga glass cable car 2 kali lipat lebih tinggi. Untuk one way tiket, Anda harus merogoh kocek RM 18, nah untuk tiket PP silahkan kali 2. Kalau saya sih lebih baik yang biasa saja ya, karena takut anak-anak histeris kalau pilih yang glass (alasan saja :))).


Cabin cable car cukup luas, berkapasitas sampai dengan 10 orang. Beruntung yang satu cabin dengan kami hanya 3 orang, jadi kami masih bisa menjaga jarak aman.

Hujan semakin lebat, Jarak pandang sangatlah pendek. Kami yang ingin mampir ke Chin Swee Temple terpaksa dibatalkan karena tidak memungkinkan mengunjungi kuil itu disaat hujan deras seperti saat itu. Semakin ke atas kabut semakin tebal, anak saya, Ibil, sempat ketakutan karena memang kami berada diatas ketinggian yang menurut saya cukup tinggi dan angin bertiup sangat kencang, sehingga cabin kami goyang. Cabin kami pun sempat terhenti selama 5 menit dan semakin goyang karena tertiup angin. Ibil pun semakin histeris...

First world plaza adalah tempat perhentian kami, merupakan indoor theme park yang meriah dengan banyak lampu-lampu LED yang cantik. Dengan jelas terdapat tanda panah menuju area casino yang terkenal itu. Saya dan Pak Suami sengaja tidak mengajak anak-anak kedalam melihat theme park tersebut. Kami takut mereka akan tergoda dan merengek untuk main disana, sementara kami sang orang tua over protective, tidak rela mereka terpapar virus dan bakteri ditempat umum seperti itu.



Kami hanya ngopi-ngopi disana selama satu jam. setelah itu kami putuskan untuk kembali lagi ke Awana Skyway. Hujan masih sangat lebat, sehingga kami tidak bisa melihat pemandangan apapun. Sesampainya di Awana Skyway, Pak suami mengajak untuk kembali ke apartemen dengan menggunakan bus. Menurut keterangan di blog-blog yang kami baca, armada bus sangat banyak dan nyaman. Oleh karena itu kami memutuskan untuk kembali menggunakan bus.

Ternyata, waktu menunggunya cukup lama. kami menunggu selama satu jam sampai akhirnya bus kami tiba. Selama menunggu, banyak sekali orang yang menyapa Ibil. Memang anak saya yang satu itu cukup berani dan komunikatif terhadap orang asing. Sampai ada Ibu-Ibu (tanpa masker) yang membelai kepala Ibil. Melihat kejadian tersebut, saya langsung menarik Ibil dan saya bersihkan dengan hand sanitizer. Sekujur tubuh Ibil saya lap dengan tisu basah. Lebay bukan? yah mau gimana lagi ya, perlindungan maksimal untuk anak.

Bus pun tiba, kami dapat duduk yang terpisah-pisah. untung ada 2 bangku yang bersebelahan dideretan paling belakang. Saya tempatkan Cheche dan Ibil bersebelahan. Saya duduk di kursi depan mereka, sementara suami saya duduk dibarisan depan yang agak jauh dari kami. Supir melajukan kendaraan dengan sangat kencang. Jalan yang berkelok-kelok membuat para penumpang mual dan berpegangan kencang. Perjalanan memakan waktu 1 jam. Waktu 1 jam terasa seperti 10 tahun. Saya pusing dan mual, ditambah dengan bau knalpot yang khas di bus umum. Begitu sampai terminal, buru-buru kami mencari grab car agar kami lebih cepat sampai di apartemen, kami mau muntah! Jadi kalau anda membawa keluarga, saya sarankan lebih baik menggunakan grab saja ya untuk pergi dan pulang.

Day 3
Itinerary kami hari ketiga adalah ke Legoland. Kami sudah ragu dari awal untuk meneruskan niat pergi kesana, ditambah lagi tiket pesawat belum dibeli. Kawasan Johor Baru ternyata jauh dari Kuala Lumpur. Jika ditempuh dengan pesawat terbang, memakan waktu sekitar 1 jam, namun jika ditempuh dengan rute darat, akan memakan waktu 5 jam perjalanan. Membayangkannya saja kami sudah pusing, 10 jam di perjalanan... OMG! Jika kami nekad beli tiket pesawat, sudah terbayang virus berterbangan dibandara yang akan mengancam kami. Dengan pertimbangan tersebut, kami relakan tiket Legoland yang sudah dibeli hangus. Bye bye Legoland...

Untuk mengganti kekecewaan akibat batalnya rencana ke Legoland, kami segera browsing mencari tempat hiburan yang terdekat. Kami menemukan Museum of Illusion. Terletak di Ansha Hotel, Bukit Bintang yang letaknya tidak jauh dari penginapan kami. Hal pertama yang terlintas dipikiran saya ketika masuk ke museum ini adalah kebersihannya. Saya mengizinkan anak-anak untuk mencopot maskernya.

Dengan tiket seharga RM 45 untuk dewasa dan RM 35 untuk anak-anak, kita disuguhkan dengan pemandangan dan banyak permainan interaktif. Pertamakali masuk kedalam ruangan, kita akan menemukan ruang yang penuh dengan rangkaian lukisan yang penuh ilusi, bagaimana tidak? melihatnya seperti berputar-putar, tapi sebenarnya tidak. Diruangan yang sama, ada beberapa meja yang penuh dengan permainan puzzle yang sungguh membuat penasaran. Mas-mas resepsionis menganjurkan kami untuk berada diruangan tersebut terakhir setelah mengunjungi ruangan-ruangan lain. Baiklah mas!



Ruangan selanjutnya kita akan menemukan tempat-tempat foto illusional yang akan membuat dua orang seperti raksasa dan kurcaci, foto ilusional yang akan membuat kepala anda seperti sedang siap disantap, kaleidoskop yang akan merefleksikan banyak diri anda, pecahan kaca yang akan menggabungkan wajah 2 orang menjadi satu wajah baru dan foto-foto ilusional lain. Jika Anda bingung, tenang saja, mas mas resepsionis tadi akan meng-guide pose yang pas dan cara pengambilan foto yang sesuai agar foto ilusi tersebut sukses.

foto gabungan wajah saya dan suami, kaleidoskop dan kepala Cheche diatas piring
seperti raksasa dan kurcaci bukan?
Naik ke lantai 2, kita akan menemukan Vortex Room yang akan membuat Anda jalan terseok-seok pusing karena gambar virtual yang berputar, Infinity Room yang membuat Anda seperti berada di ruang tanpa batas dan juga meja yang berisi banyak puzzle. Kami menghabiskan waktu cukup lama untuk menyelesaikan puzzle-puzzle ini. Jika Anda cukup frustasi karena tidak bisa menyelesaikan puzzle tersebut, jangan khawatir, kita bisa membelinya dibawah.

sibuk semua :)
Setelah puas dengan berbagai ilusi, kami masih punya banyak waktu hari ini. Tugas Pak Suami adalah mencari itinerary selanjutnya. Ia menemukan Petrosains yang cucok meong untuk anak-anak. Rata-rata tempat wisata maupun museum di Malaysia memiliki harga yang jauh lebih murah untuk warga negara Malaysia (MyKad Holder). Begitu juga untuk museum Petrosains ini. Family tiket untuk MyKad Holder sekitar RM 30, untuk non Malaysia harga lebih tinggi RM 20.

Terletak di lantai 4 Suria Shopping Center KLCC dan dimiliki oleh perusahaan minyak Malaysia, Petronas. Petronas merupakan perusahaan minyak raksasa yang berasal dari Malaysia yang merupakan sponsor utama museum ini.

Ketika mendengar kata science, mungkin yang terlintas dipikiran adalah kata  "membosankan". Namun tidak ketika kita masuk kedalam museum ini...

Perjalanan diawali dengan menaiki dark ride, kereta single cabin yang menyerupai tetesan minyak. Kita diajak untuk melintasi hutan hujan Malaysia yang tenang, menaiki gunung dan menyelami laut, menunjukkan transformasi dan kemajuan Malaysia atas ilmu pengetahuan. Turun dari dark ride kita akan menemukan exhibition yang mengagumkan, mulai dari asal muasal minyak bumi yang berasal dari zaman dinosaurus, teknologi pengeboran minyak, macam energi yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari sampai dengan teknologi ruang angkasa.

(1) dark ride
(2) Jupiter great red spot
(3) Astronot, akan ada wajah anda disini
(3) dinosaur park
bermain dengan science

seperti di tempat pengeboran minyak kan?

Anda bisa melihat, merasakan dan bermain dengan teknologi. Bahkan ada beberapa robot Artificial Intelligence yang bisa diajak ngobrol dan ditanyakan beberapa pertanyaan. Sungguh memasuki museum ini membuat saya merasa kecil sekali, ternyata diluar sana teknologi sungguh luar biasa.

Day 4
Hari ini niat kami berjalan-jalan ke Batu Caves atau mengajak anak ke Sunway Lagoon, namun sayang Ibil, anak laki-laki saya, mendadak panas badannya. Kami memutuskan untuk tetap dipenginapan saja.

Hari ini saya mencari oleh-oleh seorang diri. Membeli Pineapple tart di KLCC dan membeli aneka cokelat dan kopi didaerah Sugei Wang. Untung hampir semua harga barang di Malaysia bernilai sama dengan Indonesia, jadi untuk oleh-oleh tidak terlalu berat.

Menjelang malam hari, ketika Ibil membaik, kami nekad bejalan kearah spot foto menara Petronas. Setelah mendapat foto-foto yang diinginkan, kami segera kembali ke penginapan.



Day 5
Pulaaang. Jadwal pesawat kami sekitar jam 2. Orang yang paling berat meninggalkan KL adalah Ibil. Yah memang hobinya Ibil adalah menetap disuatu tempat selain rumah, sehingga jika diajak kemana-mana selalu menolak untuk pulang ;).

Ada perlakuan terhadap pandemi Corona, sesampainya bandara Soekarno Hatta, oleh otoritas bandara kami hanya diberi secarik kerta kuning untuk diisi apakah ada keluhan terhadap kesehatan. Lalu kertas itu dirobek, dan robekan kecilnya disarankan untuk diberikan ke RS atau tempat pelayanan kesehatan jika dalam waktu 14 hari ada keluhan. Saya sempat berfikir, jika seperti ini apakah korona sudah masuk Indonesia? karena kertas hanyalah assessment diri sendiri, bukan hal yang kredibel untuk menghalau korona masuk Indonesia. Semoga Indonesia esok bisa lebih baik dari hari ini....



Comments

Popular Posts