8 hari di Jepang bersama 2 anak (Part 1)

Cerita bermula dari jalan-jalan ke Jepang berdua dengan suami di tahun 2017. Saya dan suami merasa "kok tega ya gak ngajak anak-anak ke sini, padahal Jepang itu negara impian anak-anak karena dipenuhi kartun dan robot", ditambah lagi saya dan suami masih penasaran, karena belum banyak mengunjungi berbagai tempat yang terkenal didaerah lain.
Di akhir tahun 2018, kami nekad membeli tiket pesawat di Garuda Travel Fair. Bermodalkan cicilan kartu kredit, akhirnya terwujudlah jalan-jalan itu tanpa merasa berat dengan biaya-biaya yang dikeluarkan karena sudah dicicil dari jauh-jauh hari. Saat itu saya mendapatkan tiket promo PP per orang sekitar Rp. 5,500,000,-. Sebelum berangkat, saya sempat menukarkan uang saku untuk biaya hidup dan transportasi. Kurs beli yen saat itu adalah Rp. 133. Jadi, misalkan harga barang 500 yen, setara dengan Rp. 66,500,-

Day 1
Sampai di bandara Haneda jam 8 pagi. Lumayan ngantuk dan capek, karena Ibil (anak laki-laki saya yang paling kecil) sepanjang malam muntah-muntah dan gak bisa tidur. Maklumlah, tidur dengan posisi duduk memang kurang nyaman. Semoga suatu hari nanti kami bisa menikmati perjalanan first class seperti Syahrini, sehingga tidur dipesawat bak tidur di hotel. Amin..
Rencana mandi di bandara setelah tiba pun saya urungkan, karena ternyata mandi cukup mahal. per orang seharga 1000 yen, atau sekitar Rp. 135 ribu untuk orang dewasa dan setengah harga untuk anak-anak usia dibawah 5 tahun. Dikarenakan harus sadar budget, akhirnya kami memutuskan untuk sekedar bersih-bersih dan ganti baju di toilet bandara.
Sampai di station Bakuroyokoyama, karena anak-anak sudah kelaparan, kami keluar station. Ketemu dengan warung karage yang tidak disangka-sangka uenak tenan. Kami penasaran apa nama warung tersebut, karena tidak ada tulisan latin, Jimmy suamiku sempat bertanya kepada kasir yang Bahasa Inggrisnya lumayan baik, nama warung mereka Age-Age. rasa karagenya sungguh tidak bisa dilupakan. Satu paket makanan seharga 700 yen, sudah termasuk nasi dan miso sup. Enaknya di Jepang ini, minuman semua gratis dan free flow. Jadi, harga makanan sudah include minuman walaupun cuma air putih atau ocha dingin.

tampak luar warung age-age


karage. crunchy diluar, lembut didalam. miso sup nya pun seger
Beres makan siang, kami masih menggerek-gerek koper. untung aja host airbnb-nya baik banget, dia mengizinkan kami menitipkan koper sebelum waktu check-in tiba (jam 16.00). Jarang-jarang loh ada yang baik gini. Karena untuk menitipkan koper di loker station cukup pricey dan harganya beragam sesuai dengan ukuran koper. Untuk koper ukuran kecil seharga 300 yen/hari, koper ukuran sedang seharga 400 yen/hari dan koper ukuran besar 500-600 yen/hari. Lumayan kan? hehehe...
Sampai di apartemen sekitar jam 14.00, apartemen masih dibersihkan. sambil menunggu waktu check-in tiba, kami memutuskan untuk berjalan-jalan dan mencari kopi di sekitar area Shinjuku yang hanya berjarak satu station dari st. Akebonobashi tempat kami tinggal. Untung saja kami sudah terbebas dari koper-koper besar itu.
Waktu check-in pun tiba, kami segera meng-inspeksi apartemen itu. Anak-anak cukup amazed dengan apartemen yang bersih, lampu-lampu yang cantik dan tempat tidur yang  banyak. Dan yang paling bikin happy, ada alat pemijat kaki. Ini sih mama-papa nya yang seneng :)
Lokasi apartement tersebut tepatnya berada didaerah Arakicho, 5 menit jika berjalan kaki dari station Akebonobashi. harganya memang lumayan mahal menurut ukuran saya, sekitar Rp. 2.8 juta per malam, cuma worth-it lah dengan fasilitas yang ada, apalagi lawson tepat berada disebelah, sehingga dengan cepat bisa memenuhi kebutuhan logistik. 
mesin cuci, kompor, microwave, setrika uap, sampai alat pijet kaki pun disediakan

ada 3 tempat tidur. yang paling besar ukuran queen. 2 lainnya ukuran ini. jadi semua anggota keluarga kebagian tempat tidur (mohon maaf berantakan)

Apartemen ini juara untuk amenities dan toiletries nya. Semua lengkap, termasuk spaghetti dan bumbu bolognaise untuk sarapan pun disediakan (saya sudah kasih review bagus di airbnb buat host nya). Kalau dihitung-hitung apartemen ini tidak mahal, karena kita tidak perlu mengeluarkan dana lebih untuk menitipkan koper di station. Mesin cuci, setrika uap, kompor, sampai minyak untuk menggoreng pun sudah disediakan. Untung setiap kali traveling dengan anak-anak, saya selalu membawa kornet, mie instan, tuna dalam kaleng dan abon dari rumah. Sehingga setiap pagi saya tinggal goreng ini itu dan anak-anakpun kenyang :).
Memang harga penginapan di Tokyo jauh lebih mahal dibanding Osaka. Apalagi jika penginapan dekat dengan station, harganya menjadi lebih mahal. Tapi kalau traveling with kids, penginapan didekat station rasanya menjadi kewajiban. Kasihan jika mereka masih harus berjalan jauh.
Karena anak-anak cukup capek dan mengantuk, itinerary day 1 tidak ada yang tercapai. memang saya dan suami sudah komitmen untuk tidak terlalu ambisius dalam menjalani itinerary, harus mengikuti mood dan stamina anak-anak.

Itinerary Kenyataan
Makan siang di Shinjuku X
Senso-ji Temple
Tokyo Sky Tree
Makan malam di resto halal area Tokyo Sky Tree

Day 2
Stamina anak-anak sudah mulai pulih, akhirnya kami memutuskan untuk ke Odaiba. pulau reklamasi yang sangat modern yang terletak di area Tokyo Bay. Walaupun populer dengan pusat perbelanjaannya, namun tujuan kami hanya ingin melihat Gundam Unicorn.
Pemandangan pada saat perjalanan menuju Odaiba sangat cantik, kami disuguhkan dengan pemandangan laut dengan banyak gedung bertingkat yang modern. Sesampainya di Odaiba, kami sempat berfoto di depan patung Liberty mini (mudah-mudahan bisa foto sama patung Liberty beneran ya suatu hari nanti), dan yang pasti berfoto di depan Gundam Unicorn. luar biasa besar sekali ya. sayang wajah Gundam sedang tertutup.
mejeng didekat mini liberty
wah, gundam unicorn gede banget!

Dari Odaiba, kami menuju Yodobashi, toko super lengkap, yang menjual oleh-oleh, alat elektronik, peralatan rumah tangga, sampai mainan dan action figure yang terletak didaerah Akihabara. Harganya barang-barangnya pun sangat bersahabat. Saya membeli earphone bluetooth, namun sebelumnya saya sempat mengecek harga di toko online Indonesia, harga yang saya dapatkan di Yodobashi hanya setengahnya. Ditambah lagi, dengan menunjukkan passport, kita akan mendapatkan tax refund. hmmm, lumayan kan?! Jangan kaget, pegawai toko akan mewanti-wanti untuk tidak membuka barang yang sudah dibeli selama di Jepang, jika tidak, petugas airport akan menagih kembali tax refund. Tapi kalau saya sih bandel. Alhamdulillah, selama di bandara tidak ada satupun petugas yang bertanya tentang tax refund.

Yodobashi, area mainan dan action figure
Croissant Taiyaki
Capek mengejar anak-anak yang excited menikmati Yodobashi yang penuh dengan mainan favorit, kami beristirahat sebentar dicafe-cafe depan Yodobashi dan saya menemukan cemilan yang enak sekali. Croissant Taiyaki dengan filling Ogura seharga 200 yen. untuk minumannya saya pilih Americano. ah syurga dunia!!

Tidak ingin merasa rugi, kami melanjutkan perjalanan. kali ini menuju Sensoji Temple, atau disebut juga dengan Asakusa Temple (karena letaknya yang dekat dengan Asakusa station). Keluar dari station Asakusa, kita sudah disuguhi dengan hiasan-hiasan lampion sepanjang jalan. memang yang iconic dari Asakusa temple ini adalah lampion raksasa dipintu masuk kuil. Didepan aula kuil, ada pembakar dupa besar yang asapnya diyakini memberikan kesehatan jika dihirup. oleh karena itu tidak heran banyak orang yang berusaha dekat dengan pembakar dupa tersebut. Saya juga melakukannya!
Sensoji Temple
Pembakar Dupa

Tidak jauh dari area kuil, kami memutuskan untuk beristirahat di kedai green tea di area Nakamise. kami membeli es krim seharga 200 yen. Walaupun saya bukan fans matcha, menurut saya es krimnya enak sekali, karena tidak terlalu manis.
Setelah rehat sejenak dan makan es krim, kami memutuskan untuk berbelanja souvenir di area Nakamise. Nakamise merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jepang dengan lokasi bersebelahan dengan Sensoji Temple. Jalan ini penuh barang-barang tradisional Jepang dari Yukata sampai makanan tradisional Jepang. menurut saya souvenir didaerah Nakamise ini harganya cukup bersahabat. Misalkan untuk magnet yang sama, di tempat lain saya membeli seharga 500 yen, sementara di Nakamise saya mendapatkan harga 450 yen.
Hari sudah terlalu sore di jalan ini, sehingga sudah banyak toko yang tutup, namun jika kami mau bersabar sedikit, pada pintu-pintu yang tertutup tersebut, ada gambar yang bercerita tentang Sensoji dan 4 musimnya. Sayangnya Cheche dan Ibil sudah sangat lelah. jadi kami memutuskan untuk pulang ke apartemen. Dan rencana untuk menyambangi Tokyo Skytree (menara tertinggi di Jepang) kami batalkan karena kaki kami sudah sangat pegal. ditambah lagi saya dan suami harus estafet menggendong Ibil yang tertidur. Lumayan ya, berat Ibil 17kg sekarang. Untung di apartemen kami ada alat pemijat kaki..


cari oleh-oleh, walaupun baru 2 hari di Jepang
toko di nakamise sudah banyak tutup karena sudah sore

Day 3
Saatnya kita pergi ke Hakone!!! bermodal membeli trip untuk sekeluarga lewat aplikasi Klook, kami berencana untuk melihat gunung Fuji yang sangat terkenal itu. Fuji mungkin lebih cantik disaat musim salju, namun karena suami alergi sinusitis, kami memilih perjalanan ini disaat musim panas (musim panas di Jepang sekitar bulan Juli dan Agustus). selain cuaca yang lebih friendly buat orang Indonesia, kami memilih bulan Juli ini karena sudah low season, jadi gak rame-rame amat. Ada sedikit kekecewaan, karena mimpi saya untuk dapat mengunjungi Gala Yuzawa pupus, Gala Yuzawa sudah ditutup untuk umum karena sudah memasuki musim panas. ok, berarti harus sekali lagi ke Jepang dan harus disaat musim dingin :)
Wisata Gunung Fuji yang terkenal adalah Kawaguchi dan Hakone. Kami memilih Hakone karena  ingin merasakan sensasi naik Ropeway agar dapat menikmati pemandangan Hakone dari atas. Meeting point kami dengan trip tersebut ada di Shinjuku Station dimana hanya berjarak satu station dari apartemen tempat kami tinggal. Shinjuku station ternyata sangat besar, karena beberapa jalur subway terhubung di station ini. Dan juga kereta JR dan kereta luar kota pun ada di sini. Kami berjalan kaki cukup jauh, sekitar 1 km ke tempat meeting point tersebut, karena Shinjuku station ini memang sangat luas.
Di trip tersebut kami membeli tiket harga per orang sekitar Rp. 1,5 juta dengan tujuan 5th station, Hakone Pirate Ship & Ropeway dan Gotemba Premium Outlet.
Tour guide yang menemani Kami bernama Kenji. Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, Kami cukup bisa memahami maksud dari Kenji. Informasi yang paling mengecewakan adalah Ropeway sudah dari bulan April tidak aktif, karena berstatus waspada.
Dari Fuji 5th station kita bisa melihat Gunung Fuji secara lebih dekat. namun sayang, pada hari itu kabut sangat tebal, Gunung Fujinya ngumpet! Kami kurang beruntung.. Suhu saat itu ternyata 5 derajat.
Saya juga sempat berbelanja banyak oleh-oleh ditempat ini, harga oleh-oleh ditempat ini pun lumayan bersahabat. saya beli Mochi yang sudah di packing dengan cantik, seharga rata-rata harganya 500 yen. bersahabat bukan?

Hanya sekitar 20 menit di Fuji 5th station, setelah itu kami dibawa Kenji untuk berbelanja di area Gotemba Premium Outlet yang merupakan pusat perbelanjaan barang-barang branded yang murah namun tetap berkualitas. Gotemba adalah area berbelanja yang nyaman dengan pemandangan yang indah, karena di beberapa musim, kita bisa melihat Gunung Fuji dengan jelas. Harga yang ditawarkan pun terbilang sangat menarik. Saya mencoba membandingkan harga untuk barang yang sama yang dijual di toko resmi di Indonesia, harganya bisa 40% lebih murah loh. Di area tersebut ada area bermain anak-anak juga. Cheche dan Ibil terlihat cukup betah dan sempat bertemu beberapa anak yang berasal dari Indonesia juga.
pintu masuk area Gotemba

beberapa Outlet terkenal seperti Salvatore Feragamo, Michael Kors, Tory Burch, Nike, dsb ada di area ini
Setelah satu setengah jam berada di Gotemba, perjalanan dilanjutkan ke danau Ashi yang berada di wilayah Hakone. Saya melihat Ropeway sedang dilakukan uji coba, namun tidak bisa kami naiki. Saya kecewa dan sedih, namun Kenji menjelaskan akan mengganti Ropeway itu dengan trip ke Hakone Sekisho.
Turun ke area bawah, kami melihat ship yang baguuus sekali. Sebegitu kagumnya kami dengan ship tersebut, tidak terasa kami berfoto-foto sampai antrian dibelakang kami panjang.




Berlayar sekitar 30 menit, kami disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Air danau yang sangat tenang, kapal yang cantik dan suhu udara yang sejuk menambah kegirangan kami dalam berlayar. Pengalaman cruise-ing ini adalah pengalaman yang paling indah dan menyenangkan.
Sebagai ganti ropeway, kami diajak ke Hakone Sekisho check point dan Sekisho museum. Hakone dulunya merupakan pos pemeriksaan penting untuk mengontrol lalu lintas di sepanjang Tokaido (東海 道, Tōkaidō), jalan raya yang menghubungkan Tokyo dengan Kyoto selama Periode Edo feodal. Pada 2007, rekonstruksi Pos Pemeriksaan Hakone selesai setelah tiga tahun pekerjaan konstruksi. Pos pemeriksaan sekarang tampak sesuai dengan bentuk aslinya, termasuk gerbang, pagar, perumahan untuk perwira dan prajurit, ruang penjara dan menara pengintai.
Hakone Sekisho ditutup pada tahun ke 2 periode Meiji dan akhirnya menjadi tempat wisata 
Pada periode Edo, pemerintah shogun menempatkan sekishos (pos pemeriksaan) di seluruh negeri, untuk melindungi ibukota, Edo. Interogasi yang ketat akan dilakukan pada pelancong di sekishos ini. Target untuk diselidiki adalah perempuan, sebagai langkah untuk mencegah istri dan anak-anak bangsawan feodal melarikan diri dari kehidupan mereka sebagai sandera rezim shogun. Sekishos juga bertugas mencegah senjata agar tidak dibawa ke Edo secara ilegal. Pemantauan ketat 'senjata masuk dan wanita keluar' ini berlanjut hingga Pemerintah Meiji menghapuskan sistem pada tahun 1869. Sekisho tegata (surat izin) dan senjata dipajang di Aula Pameran Hakone Sekisho.

gambaran kehidupan para petugas Sekisho

beberapa toko dan warung yang ada di area Sekisho. Aura tradisional sangat terasa disini

Tampak depan Hakone Sekisho Exhibition Hall. Kita tidak bisa mengambil gambar didalamnya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Kenji mengajak kami pulang untuk segera mengejar waktu supaya sampe Tokyo tidak berbarengan dengan jam pulang kantor. Ternyata Tokyo juga macet loh...
Demikianlah cerita kami 3 hari di Tokyo. Sampai jumpa di part 2 ya! Simak cerita kami di Osaka dan Kyoto.. Dan juga saya akan memberikan informasi berapa jumlah budget liburan hemat keluarga selama 9 hari di Jepang.

Comments